Adab Bertetangga

Islam mengatur adab bertetangga, agar hubungan sesama tetangga menyenangkan dan membahagiakan. Menurut hadis Rasulullah SAW riwayat At-Thabrani, setiap orang mempunyai hak dari tetangganya. Pertama, mendapat pelayatan (bezuk) bila dia sakit. Kedua, bila dia mati diselenggarakan jenazahnya. Ketiga, kemiskinannya dirahasiakan. Keempat, menerima ucapan menyenangkan (rasa sukacita) bila mendapat keberuntungan. Kelima, mendapat perhatian dan ditakziahi bila dia ditimpa musibah.

Keenam, tetangganya tidak boleh meninggikan bangunan di samping bangunannya yang membuat terhalangnya angin. Ketujuh, menerima pemberian masakan lezat yang baunya menusuk hidung. Berdasarkan sejumlah hadis lain, adab bertetangga seperti itu dikaitkan dengan iman kepada Allah SWT dan iman kepada Hari Akhir. Bahkan, dalam sebuah hadis riwayat Al-Baihaqi, dikaitkan dengan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Menurut sebuah hadis riwayat Ahmad, sikap seseorang terhadap tetangga menentukan penempatan seseorang di akhirat kelak. Seseorang yang disebutkan terkenal banyak shalat, sedekah, dan puasa, namun menyakiti tetangganya, dinyatakan Rasulullah sebagai penghuni neraka. Sebaliknya, seseorang yang sedikit shalat dan puasa, tetapi senang memberi kepada tetangga tanpa menyakitinya, dinyatakan Rasulullah SAW sebagai orang yang bakal masuk surga.

Menyusul aturan adab bertetangga di atas, berdasarkan sejumlah hadis lain lagi, setiap mukmin dilarang melakukan pekerjaan yang mengganggu apalagi menyakitkan tetangganya. Bahkan, dalam sebuah hadis riwayat Ahmad, setelah Rasulullah SAW menyimpulkan dialog dengan sahabat tentang haramnya zina dan mencuri, beliau menegaskan bahwa kalau ada seorang laki-laki menzinai seorang perempuan tetangganya lebih dahsyat dosanya dibanding daripada menzinai sepuluh orang perempuan lainnya, dan seseorang yang mencuri milik seorang tetangganya melebihi dosa mencuri milik sepuluh orang lainnya.

Begitulah Islam memberikan tuntunan bertetangga kepada pemeluknya sehingga kehidupan bertetangga menyenangkan, tidak justru sebaliknya. Hal itu merupakan bagian terpenting dari maksud firman Allah SWT, ”Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh pada nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (Ali Imran 112). Apalagi kalau tetangga itu sesama mukmin. Firman-Nya, ”Sesungguhnya manusia mukmin itu bersaudara ….” (Al-Hujrat 10). Ketentuan di atas perlu menjadi perhatian dalam menjalani hidup bertetangga, baik antara pribadi dan pribadi, keluarga dan keluarga, maupun antarkampung, desa, dan kota, bahkan antarnegara sekalipun. Wallahu a’lam bis-shawab.

7 tanggapan untuk “Adab Bertetangga

  1. Itu bisa diterapkan untuk bertetangga di blog yah pak?

    Oh ya, tentu dong Pak. yang jelas kita jadikan blog ini untuk tujuan yang baik, tidak saling menyakiti, saling memberi informasi yang baik, tidak membuat artikel/gambar porno, saling mengingatkan dan sebagainya. Bukan begitu Pak..Trim’s ya atas kunjungannya.

  2. Memang ibadah yang bersifat sosial, lebih utama daripada ibadah sunnah. Bukti bahwa mengeksklusifkan diri dan berputus asa terhadap dunia, bukan pandangan Islami.

    Btw bapak ini mengajar di Pekanbaru? Di mananya, ya? 😀
    KTP saya Pekanbaru, lho 😛

    Yp betul Mr.Geddoe…! mari kita ciptakan suasana kekeluargaan walau di dunia maya…! Saya mengajar di Lembaga pendidikan …bukan guru lho… ! kalau guru kan… udah pinter.. tapi saya masih belajar kok…. he he he.. Trim’s ya udah mampir di blog aku.

  3. Saya dulu pernah punya tetangga yang kaya, bergelar kyai haji lagi, anggota dpr. Dia beli rumah kosong di seberang rumah saya, dia ubah jadi mushola/majlis ta’lim, padahal masjid ada hanya beberapa rumah dari situ. Setiap hari kegiatan di musahola itu penuh, bahkan sampai tengah malam, amat mengganggu istirahat saya, zikir kenceng2, ngaji, lalu kegiatan bola basket dan dilanjutkan tenaga dalam mahatma sampe tengah malam. Jamaahnya gak jelas berasal dari mana, hanya beberapa tetangga yang ikut, gak punya adab lagi, nongkrong di depan pintu pagar seenaknya. Saya sampai sakit2an gak bisa istirahat, pekerjaan terganggu. Kemudian sampai ada masalah, salah satu pengurus majlis talim menghamili pembantu saya, padahal sudah saya ingatkan ke Pak Kyai masalah itu sebelum terlanjur, karena orang itu masuk ke rumah saya waktu saya gak ada. Sayang Pak Kyai cuek aja. Akhirnya saya memutuskan jual rumah dan pindah sejauh2nya. Bingung deh, mosok KH gak tahu adab bertetangga ya.

  4. tapi kok bisa pepbantu anda bisa dihamili sama pengurus majelis taklim?berarti bpk kendor juga dengan apa yg terjadi dan tidak mau ambil pusing krn syariat islam bisa dilanggar sedangkan pembantu bpk adalah tanggungjawab majikan,hrsnya di dipantau dong?

  5. ini tentang adab membaca.

    saya sih cuma kebetulan membaca 2 tulisan pembaca di atas, nggak kenal sama irwan atau maska.
    tapi setelah baca kedua tulisan di atas jadi kepengin komen.

    di atas, Irwan mengeluh didzolimi tetangganya dengan berbagai cara. tak tahan atas perlakuan tetangganya itu, irwan sampai memilih menunggalkan/menjual rumahnya dan pergi menjauh karena tetangganya dzalim dan tidak tanggap. tulisan ini sesuai tema tentang adab bertentangga.
    eh, maska malah menyalahkan Irwan karna pembantunya dihamili tetangga yang dzalim itu.
    di cerita tsb. irwan menceritakan berbagai kedzoliman tetangganya, antara lain penghamilan pembantunya. lha, koq malah dianggap lalai menjaga pembantunya?
    gimana sih perasaan maska ini????
    yang didzolimi tetangga kan merasa sakit?
    yang dihamili (pasti perempuan) pastinya merasa didzolimi?

    tapi maska ini (kayaknya perempuan juga) malah berpihak pada yang mendzolimi/menghamili. Aneh!!
    memangnya pembantunya itu mesti dijaga Irwan setiap saat dengan mengurungnya seperti mengurung ikan asin dalam toples supaya tidak dimakan kucing???

    dimana sih perasaan maska ini??

  6. seorang lelaki atau majikan bertanggung jawab terhadap keluarganya termasuk pembantunya krn dia mempunya kuasa untuk menerapkan peraturan d rumahnya baca QS at-tahrim ayat 6

  7. Saya hanya ingin menjadi penengah dalam persoalan diatas yaitu tentang tanggung jawab majikan dan persoalan menghamili menurut cerita Irwan.

    1. Tanggung jawab orang tua atau majikan adalah sudah melaksanakan tanggung jawab itu sendiri. Artinya dia memang sudah berusaha untuk menjaga anak-anaknya atau pembantunya sebaik mungkin. Tetapi dalam hidup ini siapa yang tahu, walaupun sudah di jaga seketat mungkin, sudah diberikan bimbingan sebaik mungkin, tapi kalau memang sudah bernasib seperti itu ya apa boleh buat kita serahkan kepada Allah saja. Gak mungkin kan pembantu gak boleh keluar mungkin sekedar belanja ke warung. Intinya jangan terlalu berlebihan menyalahkan majikan/orang tua. Lihat dulu persoalannya secara utuh. Apakah pembantu itu sudah menjaga pakaiannya, tingkah lakunya, atau mungkin yang memperkosa itu memang bejat atau mungkin memang kurang pengawasan dari majikan. Sama dengan seorang guru yang punya tanggung jawab untuk mendididik muridnya supaya menjadi pintar, baik, sopan, terpelajar. Tapi kalau sudah berusaha dan si murid memang bandel dan susah diatur atau memang kemampuan otaknya segitu aja, apakah kita masih menyalahkan guru tersebut? (Lha… saya pernah lho mengajar orang seperti itu).
    2. Masalah pindah rumah tadi. Apakah masalah itu sudah dibicarakan di tingkat RT atau warga setempat tentang terganggunya masyakarat dengan kehadiran mushola itu? apakah sudah ada musyawarah dan lain sebagainya. Kalau itu semua sudah dilakukan dan gak ada jalan keluarnya, maka pindah rumah adalah jalan yang terbaik.

Tinggalkan Balasan ke helgeduelbek Batalkan balasan